Senin, 10 Oktober 2022

RESUME 22 PELATIHAN MENULIS GELOMBANG 27

 Pertemuan       : ke -22

Gelombang      : 27

Menjadi Penulis Buku Mayor

Nara Sumber   :  Joko Irawan Mumpuni

Moderator       :  Sim Chung Wei. S.P.

           

     


Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Sahabat Blogger yang di rahmati Allah…

 

Menulis itu mudah. Tapi bagaimana agar tiap huruf berarti dan bisa membuat pembacamu bergerak kearah yang lebih baik, tanpa kau gurui

(Helvy Tiana Rosa)

Masya Allah kalimat diatas syarat makna dan sanagat menghujam saya selaku penulis pemula yang masih belajar merangkai kata. Saya juga masih seperti siput yang bersembunyi dibalik cangkang. Dengan kata lain saya masih penulis pemula yang masih amatiran. Bahkan tulisan saya masih jauh dari kategori layak.

Menjadi penulis buku mayor adalah harapan semua penulis, tapi kita tidak pernah tau jalan dan usaha mana yang akan mengantarkan mimpi kita menjadi terwujud. Menjadi penulis mayor bahkan best seller seperti mimpi yang terus menghantui. Bahkan terus gentayangan difikiran. Pertanyaannya, bisakah kita menjadi penulis buku mayor dan berada di jejeran buku best seller?

Tidak ada proses yang instan, bahkan mie instan pun harus ada proses yang dilalui dalam memasak agar tersaji dan nikmati.

Sahabat Blogger, materi malam ini akan dibawakan oleh nara sumber hebat, seorang direktur penerbitan buku Andi, Bapak Joko Irawan Mumpuni.

Baik, kita mulai penjelasan materinya.

Penerbit adalah  Industri kreatif yang didalamnya ada kolabarasi insan2 kreatif : Penulis, Editor, Layouter, Ilustrator dan desain grafis.

Jenis buku didunia :

Buku Teks (buku sekolah-kampus)  

Buku Non Teks (buku-buku populer)

Buku sekolah disebut buku pelajaran sedangkan kampus disebuat buku Perti (perguruan tinggi). Buku Nonteks  dibagi dua lagi menjadi buku Fiski dan Non Fiksi. Buku Perguruan tinggi dibagi dua lagi menjadi buku Eksak dan Non Eksak.


Gambaran perbukuan di Indonesia yang dapat dipakai sebagai dasar atau inspirasi penulisan buku antara lain:










Ekosistem Penerbitan Buku




Penyebab rendahnya tingkat literasi bangsa Indonesia




Mengapa kita harus menulis? 

Yang didapatkan ketika penulis tersebut sudah berhasil menerbitkan buku secara profesional dan diterbitkan oleh penerbit yang bereputasi:




Kriteria agar naskah buku dapat diterima oleh penerbit untuk dapat diterbitkan. 



Menilai tema populer salah satu caranya adalah dengan  data  dari Google trend. Hampir semua Tema yang ada mata kuliahnya atau ada mapelnya pasti laku dipasaran. 

Bagaimana mengetahui tema-tema yang menarik, sekarang bagaimana cara penerbit mengukur reputasi penulis?. Semua pasti pakai data. Dalam hal ini penerbit memakai data salah satunya dari Google Scholer/Cendekia. Penerbit ANDI memiliki syarat minimal jumlah sitasi 2000 agar nasakah bisa diterima.

Bagaimana cara menentukan jumlah cetak atau oplah. Perhatikan gambar berikut ini ada 4 kwadran:


Masalah Selingkung ini juga banyak ditanyakan 'Penerbit bapak pakai kga selingkung apa?'jawabnya Penerbit Andi pakai gaya selingkung apapun yang dipakai penulis. 


Tipe Penulis

1. Penulis berfikir idealis

2. Penulis berfikir industrialis. 

Bagi dunia penerbitan kedua-duanya baik. Sehingga penerbit akan menggunakan kombinasinya. 


Penerbit akan menerima naskah buku yang memiliki pangsa pasar yang luas. Sekarang kita akan segera memasukan era Publisher 5.0 dan saat ini kita telah berada di era publisher 4.0. Perkembangan itu sangat dipengaruhi oleh teknologi yang berkembang. 

Berada di tangga keberapa kita? Apa masih ditangga dasar atau sudah sampai ditangga paling atas alias level tertinggi. Tentu tidak ada anak yang lahir bisa langsung berjalan. Begitupun dengan penulis. Entah terjatuh keberapa kali kita bisa tembus Penerbit Mayor. Mari kita terus belajar agar setiap kita terjatuh mampu bangkit dan berjalan serta naik pelan dan pasti dengan semangat literasi maju untuk negeri.

Wassalamualaikum wr.wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar